Industri Susu Sapi yang Ekploitasi Berlebihan!
Sering minum susu sapi kemasan yang diperjualbelikan bebas di industri penjualan, pernahkah terbesit pikiran bagaimana sapi yang diperah susunya habis-habisan?

Industri susu sapi menjadi bagian penting dari kehidupan manusia selama ribuan tahun, menyediakan nutrisi seperti protein, kalsium, hingga vitamin. Namun, di balik manfaat ini, industri susu sering dikritik oleh sebab dianggap memperlakukan sapi dengan cara yang tidak layak.
Beberapa kelompok advokasi hewan menyoroti berbagai praktik yang menyakitkan dalam proses produksi susu, mulai dari kawin paksa hingga pemisahan induk sapi dari anaknya. Apakah tuduhan ini benar adanya?
Proses Produksi Susu yang Kontroversial
Sapi betina hanya dapat menghasilkan susu setelah melahirkan, sama seperti mamalia lainnya. Untuk memastikan produksi susu yang berkelanjutan, sapi betina biasanya dikawinkan melalui inseminasi buatan.
Proses ini dilakukan secara teratur untuk menjaga sapi tetap dalam siklus laktasi. Banyak yang menganggap inseminasi buatan ini merupakan bentuk eksploitasi karena sapi betina dipaksa mengalami kehamilan berulang kali tanpa pilihan.
Setelah masa kehamilan selama sembilan bulan, sapi betina melahirkan anaknya. Secara alami, induk sapi akan menyusui dan merawat anaknya. Namun, dalam industri susu komersial, anak sapi akan dipisahkan dari induknya dalam waktu beberapa jam atau hari setelah lahir. Susu yang seharusnya diberikan kepada anak sapi kemudian diperah untuk kebutuhan manusia.
Proses pemisahan ini dianggap menyakitkan secara emosional bagi sapi. Induk sapi mempunyai naluri keibuan yang kuat dan sering terlihat melenguh keras selama berhari-hari, mencari anaknya yang hilang.
Anak sapi jantan yang tak bisa dijadikan untuk produksi susu biasanya dijual untuk dijadikan daging sapi muda (veal), sementara anak sapi betina akan dipelihara untuk menjadi sapi perah di masa depan.
Produksi Susu yang Intensif
Setelah dipisahkan dari anaknya, sapi betina menjalani proses pemerasan susu setiap hari menggunakan mesin pemerah otomatis. Mesin ini memerah susu dua hingga tiga kali sehari untuk memaksimalkan produksi. Beberapa sapi modern, hasil rekayasa genetika dan seleksi, dapat menghasilkan sekitar 30-50 liter setiap harinya, jauh lebih banyak dari yang mereka hasilkan dalam kondisi alami.
Produksi susu yang intensif sering menyebabkan masalah kesehatan pada sapi, salah satu masalah umum adalah mastitis, yaitu infeksi yang menyakitkan pada ambing akibat pemerasan terus-menerus. Selain itu, sapi juga akan kelelahan, malnutrisi, hingga kerusakan kaki karena harus berdiri dalam waktu lama di lantai keras.
Setelah beberapa tahun menjalani siklus kehamilan dan pemerasan susu, produktivitas sapi akan menurun. Dalam industri susu komersial, sapi yang sudah dianggap tidak produktif akan dikirim ke rumah potong hewan untuk diambil dagingnya, meski umur alami sapi bisa mencapai 20 tahun atau lebih.
Perspektif Etika dan Alternatif
Dari sudut pandang etika, banyak organisasi kesejahteraan hewan menganggap praktik industri susu sebagai bentuk eksploitasi berlebihan. Mereka menyoroti penderitaan fisik dan emosional yang dialami sapi betina akibat pemisahan dari anaknya, kehamilan paksa, dan pemerasan susu yang intensif.
Sebagai tanggapan terhadap kritik ini, sejumlah peternakan kecil mulai mengadopsi praktik peternakan yang lebih etis, seperti membiarkan anak sapi tetap bersama induknya dan memerah susu secara alami. Namun, praktik ini lebih sulit diterapkan dalam skala industri karena tingginya biaya operasional dan rendahnya tingkat produksi.
Selain itu, konsumen mulai beralih ke alternatif susu nabati seperti susu almond, kedelai, oat, dan kacang-kacangan lainnya. Alternatif ini semakin populer karena dianggap lebih ramah lingkungan dan tidak melibatkan eksploitasi hewan. Beberapa perusahaan bahkan mengembangkan teknologi susu berbasis fermentasi yang meniru komposisi susu sapi tanpa melibatkan proses peternakan sama sekali.
Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh produsen susu sapi tergantung pada perspektif dan nilai moral masing-masing individu. Dari sisi ekonomi dan kebutuhan pangan global, industri susu menawarkan sumber nutrisi penting bagi miliaran orang. Namun, dari sudut pandang kesejahteraan hewan, banyak praktik dalam industri ini dianggap kejam dan tidak etis.
Kesadaran konsumen mengenai kesejahteraan hewan dan dampak lingkungan semakin meningkat, mendorong perubahan besar dalam pola konsumsi. Memilih produk susu dari peternakan yang mengadopsi standar etis atau beralih ke alternatif nabati adalah langkah konkret yang bisa diambil untuk mendukung sistem yang lebih berkelanjutan dan ramah hewan.